7 Tanda Anda Seorang Perfeksionis & Solusinya Agar Tak Burnout!
Perfeksionisme kadang dilihat sebagai indikator dari semangat kerja yang kuat atau komitmen besar. Tetapi, bila sikap perfeksiomismemu berlebihan, itu malah dapat menjelma menjadi jeratan pikiran. Akibatnya, bukannya membuatmu lebih rileks, ini akan memicumu untuk stres serta kesulitan dalam menikmati jalannya proses, hasil-hasil yang dicapai, hingga enggan memberi apresiasi kepada dirimu sendiri. Bila rasamu mirip dengan situasi dimana kehidupan bagaikan lomba tanpa batasan akhir, mungkin saja kau adalah salah satu orang perfeksionis yang butuh waktu istirahat dan introspeksi. Mari kita telusuri ciri-cirinya beserta strategi tepat mengatasinya!
1. Memiliki standar ketinggian yang kurang praktis
Perfeksionis cenderung menetapkan target yang sangat tinggi, hingga terkadang terasa tidak realistis. Jika kamu sering membuat standar yang terlampau tinggi, maka kamu juga perlu bersiap untuk menghadapi kekecewaan karena kenyataan yang gak sesuai ekspektasi. Jangan sampai, standar ini membuat kamu terus merasa 'belum cukup', alih-alih puas dengan progres yang telah kamu capai.
Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Kamu perlu membedakan antara standar yang sehat dan ekspektasi yang mustahil. Gak apa-apa jika kamu punya impian besar, tetapi kamu juga perlu pastikan kalau impian tersebut masih dalam jangkauan logika, kondisi, serta kemampuanmu. Evaluasilah targetmu, dan pahami apakah hal tersebut sesuatu yang bisa dicapai atau cuma beban yang akan membuatmu stres.
2. Memiliki aspirasi tinggi terkait target yang ditetapkan
Memiliki aspirasi dan bersifat ambisius merupakan dua konsep yang terpisahkan. Bila aspirasimu menghalangi waktu istirahatmu atau menyimpangkan jalan hidupmu, ini bisa menjadi indikator bahwa perilaku perfeksionisme-mu sedang bermasalah. Sebagian besar orang perfeksionis cenderung memburu target mereka dengan semangat ekstrem, seperti tidak memberikan kesempatan bagi kegagalan maupun penghentian sementara. Mereka sangat tertarik pada hasil akhir sehingga melupakan pentingnya meresapi proses dalam mencapainya.
Apabila kamu menghadapi situasi seperti itu, penting bagi kamu untuk mengembangkan kemampuan dalam menciptakan ambisi yang sehat. Mulailah dengan memberi ruang istirahat melalui pemberian penghargaan atas pencapaian-pencapaian kecilmu serta terus-menerus menguatkan pemikiran bahwa hidup tidak semata-mata merupakan sebuah perlombaan. Kadang-kadang, akan lebih bijaksana bila kita menjaga ritme langkah secara stabil dibanding harus menderita lelah akibat pengejaran tujuan-tujuan yang tak masuk akal.
3. Kesulitan dalam mengakui ketidaksempurnaan meski kecil
Efek samping lainnya dari bersikap perfeksionis adalah respon yang berlebihan terhadap kesalahan, meskipun sangat kecil. Bila Anda mengalamai kecemasan akibat typo, atau bereaksi keras saat ada kesalahan, hal tersebut mungkin disebabkan oleh sikap perfeksionismemu. overthinking mengapa karena apa yang Anda antisipasi tidak berlangsung sebagaimana direncanakan. Ingatlah, bahwa tiap kekeliruan merupakan elemen dalam perjalanan pembelajaran dan pertumbuhan.
Untuk menyelesaikannya, Anda perlu merombak cara pandang Anda tentang kegagalan. Sebaiknya jangan lagi memandang kesalahan sebagaimana kita melihat lawan, tetapi angkatlah kesalahan itu menjadi gurumu yang tulus. Pelajari untuk berkata, " It’s okay , mungkin itu dapat menjadi awal bagi Anda untuk merombak cara berpikir di masa mendatang.
4. Begitu keras terhadap diri sendiri maupun oranglain
Perfeksionis tidak hanya ketat dengan dirinya sendiri, tetapi juga kepada lingkungannya. Mereka selalu memberikan kritik dan penilaian meski hal tersebut sangat ringan. Hal ini tanpa disadari dapat membuat ikatan sosial menjadi longgar lantaran orang lain merasa dituntut secara konstan bahkan dalam perkara paling remeh sekalipun.
Anda harus mempelajari bagaimana mengizinkan orang lain tumbuh sesuai caranya masing-masing. Penting diingat bahwa tidak setiap individu memiliki patokan atau metode bekerja serupa dengan Anda. Selain itu, tempo dan kemajuannya pun bervariatif. Upayakan untuk melatih rasa simpati dan keterbukaan dalam diri Anda sehingga bisa menjalin relasi menjadi lebih baik lagi dan saling mendukung.
5. Takut menghadapi kegagalan
Bagi seseorang yang mementingkan kesempurnaan, merasakan kekecewaan tak hanya berarti membuat satu kesalahan, tetapi juga dapat menjadi suatu krisis dalam menemukan diri sendiri. Rasa takut akan kekalahan sering kali sangat kuat sehingga menyebabkan mereka ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kadang-kadang, pilihan mereka adalah tidak mulai sama sekali demi menghindari risiko gagal.
Apabila kau menemui situasi seperti itu, langkahmu untuk mengatasinya ialah dengan meredefinisi lagi tentang pengertian 'kegagalan'. Bagaimana definisimu sendiri terkait kata tersebut? Lalu, apakah tindakan yang dapat kau ambil saat berurusan dengan keadaan tersebut? Kegagalan tidak selamanya menjadi akhir cerita, namun merupakan elemen penting dalam tahapan pembelajaran. Tiap individu yang berhasil tentunya telah melewati masa-masa di mana mereka gagal. Yang mencolok adalah pembeda antara mereka yang mampu bertahan dan bangkit usai menjumpai rintangan tersebut.
6. Bersikap defensif ketika menerima masukan dari pihak lain
Oleh karena ketakutan akan kelihatan kurang sempurna, orang yang perfeksionis umumnya menghadapi kesulitan dalam memahami kritik. Bahkan saran sekecil apapun dapat dirasakan oleh mereka sebagai suatu serangan. Sebenarnya, feedback merupakan cermin yang dapat mendorongmu untuk tumbuh menjadi lebih baik.
Coba latih diri Anda untuk mendengar dengan bijaksana. Ajukan pertanyaan kepada diri sendiri, "Apa yang dapat saya petik pelajaran dari hal ini?" bukan "Dimana kesalahan saya?" atau sebaliknya. Atau bila menemui suatu kondisi, cobalah untuk mengalaminya tanpa langsung berpikir negatif. feedback Dari pihak lainnya, pelajari bagaimana cara memisahkan tindakanmu dari identitas diri mu sendiri. Sebab, kritikan tersebut tidak mengarah kepada siapa kamu sebenarnya, melainkan terfokus pada hal-hal yang sudah atau akan kamu kerjakan.
7. Cenderung menunda-nunda
Ironi bagi seseorang dengan standar tinggi adalah saat mereka berubah menjadi perenang waktu. Karena ingin mencapai kesempurnaan, mereka cenderung ragu untuk memulai tugas apa pun hingga benar-benar yakin. Hasilnya, cukup banyak projek krusial ikut terabaikan dikarenakan hal ini. overthinking dan revisi yang belum selesai-selesai ini.
Jika kamu telah mulai terperangkap dalam procrastination seperti ini, langkah pertama yang perlu kamu lakukan adalah memulai dulu saja, lalu sempurnakan belakangan. Fokus pada progres, bukan kesempurnaan. Lebih baik selesai dengan baik daripada tak kunjung selesai karena mengejar versi ideal yang hanya ada di kepala. Karena itu jauh lebih baik dan bisa diterima.
Di penghujung hari, perfeksionisme tidak sepenuhnya sebagai ancaman, tetapi juga belum tentu teman sejati. Pandangan ini dapat berguna jika dijalankan secara tepat, namun bisa menjelma menjadi bebancalau dibiarkan tanpa kendali. Anda boleh memiliki standar, akan tetapi ingat pula untuk mempertahankan kerendahan hati dan bersikap adil kepada diri sendiri. Sebab kehidupan bukan hanya soal mencapai sempurna, melainkan merasa cukup sambil terus berkembang dari masa ke masa.
Posting Komentar untuk "7 Tanda Anda Seorang Perfeksionis & Solusinya Agar Tak Burnout!"